Muncul konflik dalam arisan Paluwagan
Singkat cerita, Paluwagan berjalan sempurna. Semua perempuan di desa tersebut terpuaskan. Hector pun merasa puas karena selain mendapatkan uang dari sistem Paluwagan, dia mendapat bonus tambahan jika dia bersedia berhubungan seks dengan Marites.
Hingga akhirnya muncul seorang perempuan bernama Julia (Micaella Raz), yang sedang gamang karena merasa suaminya tak bisa memuaskannya di ranjang. Melihat kegamangan Julia, Marites menawarkan Julia ikut Paluwagan. Julia yang awalnya ragu, akhirnya mengiyakan setelah melihat sosok Hector.
Siapa sangka jika Julia dan Hector punya perasaan yang dalam. Keduanya saling menaruh hati. Julia bahkan mengajak Hector kabur dari desa dan menjalani hidup berdua.
Konflik pun memuncak. Paluwagan ketahuan oleh para suami. Marites diancam, tapi dia melawan dengan alasan semua perempuan ikut andil. Konflik makin memuncak setelah Julia datang mencoba menengahi dan mengatakan bahwa semuanya terlibat Paluwagan.
Julia datang bersama beberapa aparat untuk menangkap Marites. Setelah itu terbukalah apa yang sebenarnya terjadi di tengah Paluwagan. Selain itu, kejadian itu juga mengungkap siapa Hector sebenarnya dan mengapa dia berakhir di desa tersebut. Ending film semi Filipina satu ini juga mengungkapkan nasib arisan seks Paluwagan setelah Marites ditangkap.
Kalau ada nominasi film semi Filipina terbaik tahun ini, rasanya Paluwagan cocok keluar jadi juaranya.
Jika Jepang adalah raja film kartun, Amerika adalah raja film action, sementara Korea adalah raja film drama, boleh rasanya menjadikan Filipina sebagai raja film semi atau film erotis. Filipina seperti tidak pernah kehabisan katalog film semi, bahkan semakin bertambah banyak tiap tahunnya, dengan cerita yang makin bermacam-macam. Tidak heran jika kita ngomong soal film semi/erotis, yang ada di top of mind kita adalah Filipina.
Di tahun 2024 saja entah sudah berapa film semi Filipina yang dirilis. Nyaris semuanya diproduksi dan diedarkan oleh Vivamax. Dari sekian banyak film semi Filipina yang rilis tahun ini, tak mudah rasanya untuk menobatkan film semi mana yang terbaik. Pasti akan subjektif dan berbeda bagi tiap orang. Tapi kalau saya boleh memilih, saya akan menobatkan Paluwagan sebagai film semi Filipina terbaik tahun ini.
Jika saya ditanya mengapa Paluwagan menjadi film semi Filipina terbaik tahun 2024, saya akan menjawab ceritanya. Paluwagan menawarkan cerita yang boleh dibilang berbeda dengan film-film semi lainnya. Ketika film semi Filipina lainnya menawarkan kehidupan perkotaan, Paluwagan justru sebaliknya. Film ini seolah ingin berkata bahwa kegilaan tak hanya dimiliki orang kota, tapi juga orang desa. Tentunya dengan kompleksitas cerita yang tak kalah edan.
Selain itu, pemeran dalam film ini juga bukan nama-nama yang mungkin kita kenal. Bukan Angeli Khang, Robb Guinto, atau Azi Acosta. Paluwagan justru dibintangi oleh Shiena Yu dan Micaella Raz, dua nama yang mungkin belum terlalu akrab di telinga kita.
Potret arisan seks, tapi versi desa terpencil
Paluwagan, sebagai arisan seks, tentu bukan datang tanpa sebab. Marites, perempuan yang menginisiasinya, datang di momen dan situasi yang tepat. Dia datang membawa solusi yang agaknya sulit ditolak. Marites melihat ada demand dari para perempuan di desa tersebut yang butuh kepuasan seksual.
Jika bicara soal arisan seks, kita mungkin akan membayangkan hal itu hanya ada di masyarakat perkotaan, masyarakat kelas atas, atau bahkan di kalangan sosialita. Tapi nyatanya, konsep arisan seks tadi juga bisa muncul dengan latar pedesaan, yang jauh dari kota. Ini yang menarik bagi saya karena film semi Filipina satu ini berbeda dari kebanyakan film semi lainnya.
Paluwagan seakan ingin mengatakan bahwa arisan seks nggak hanya bisa terjadi di kota-kota besar dan kalangan sosialita. Orang-orang di desa terpencil juga bisa melakukannya, dengan sistem yang nggak jauh berbeda. Pertanyaannya, apakah arisan seks versi desa benar-benar nyata? Entah, boleh jadi beneran ada tapi kita tidak tahu di mana dan seperti apa.
Film Paluwagan berawal dari “arisan” di desa
Film yang dirilis pada bulan September 2024 kemarin ini mengambil latar cerita di sebuah desa di pegunungan yang jauh dari kota. Hampir semua penduduk di desa itu adalah perempuan. Kaum laki-laki (para suami) bekerja sebagai kuli di kota dan hanya pulang sebulan sekali. Situasi ini membuat para perempuan di desa tersebut kesepian.
Cerita film Paluwagan bermula dari sosok Marites (Shiena Yu), seorang pedagang andalan para perempuan desa. Marites tak hanya berdagang, tapi menawarkan konsep arisan yang menarik bagi warga desa. Arisan yang bernama Paluwagan itu rupanya bukan arisan uang belaka, tapi arisan untuk memuaskan hasrat seksual para perempuan di desa itu.
Begini sistem Paluwagan yang ditawarkan Marites. Setiap hari, setiap perempuan akan menyetor uang sebesar 20 peso dari Senin hingga Jumat. Jadi totalnya selama seminggu setiap perempuan akan menyetor uang 100 peso. Jumlah perempuan yang ikut Paluwagan saat itu adalah sekitar 10 orang, sehingga total uangnya 1000 peso.
Di akhir pekan, tepatnya di hari Sabtu, Paluwagan akan diundi. Siapa pun yang dapat undian, bisa mengambil uang 1000 peso atau menggantinya dengan berhubungan seks dengan pria muda bernama Hector (Victor Relosa). Mereka mendapat kesempatan “bersenang-senang” dengan Hector selama 2 hari 1 malam di gubuk tengah hutan.
Hector adalah pria muda yang ditemui Marites saat mengunjungi Tata Etchor, seorang pria paruh baya sakit-sakitan yang pernah menyelamatkan Marites dulu. Tata Etchor yang sedang kesulitan finansial, diberikan solusi atas masalahnya oleh Marites. Marites menawarkan Hector menjadi “bagian” dari Paluwagan yang dia inisiasi.
Tata Etchor yang awalnya menolak, akhirnya mengiyakan. Begitu juga dengan Hector karena dia ingin membalas budi kepada Tata Etchor yang pernah menyelamatkannya.
Visual yang pas, memanjakan, dan berbeda
Jika biasanya adegan seksual digambarkan dengan gemerlap, dengan dominasi warna merah atau biru, film Paluwagan tidak memberikan itu. Film semi Filipina ini justru memberikan suasana paling sederhana ketika membungkus adegan-adegan tersebut. Adegan seksual dalam Paluwagan dibungkus dengan dominasi warna cokelat khas tembok gubuk atau nuansa pucat khas hutan. Secukupnya, seperlunya, pas, memanjakan, dan tentunya berbeda dengan yang lain.
Selain itu, di awal film kita akan dimanjakan dengan hamparan alam pedalaman Filipina yang masih hijau, lalu disambut dengan adegan seksual yang intim, dekat, panas, namun sederhana selama kurang lebih 4 menit. Untuk hal ini, Roman Perez Jr. sebagai sutradara patut diacungi jempol. Dia berhasil memadukan adegan-adegan seksual yang sederhana namun panas, dengan konflik-konflik batin yang bisa bikin kita tercekat.
Tidak heran kalau saya bilang bahwa Paluwagan menjadi film semi Filipina terbaik tahun ini. Tak heran juga kalau film ini mendapat rating 6.4/10 di IMDb. Memang filmnya bagus luar dalam, baik secara cerita maupun visual. Film semi terbaik tahun ini dan layak ditonton!
Penulis: Iqbal AR Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Rekomendasi 10 Film Semi Filipina yang Wajib Ditonton Minimal Sekali Seumur Hidup.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Terakhir diperbarui pada 13 Desember 2024 oleh Intan Ekapratiwi
Belanja di App banyak untungnya: